Bencana banjir bandang yang oleh masyarakat setempat disebut galodo kembali meninggalkan luka yang dalam di ranah Minang. Sungai Batang, Tanjung Raya, Kabupaten Agam, menjadi salah satu wilayah yang paling parah terdampak. Lumpur menutup badan jalan, ratusan rumah rusak, air bersih terputus, listrik padam, dan ribuan warga terpaksa mengungsi di bukit-bukit yang relatif aman dari terjangan material longsor.
Di tengah situasi darurat yang penuh ketidakpastian, seorang relawan SAR Ranita UIN Jakarta, Yogi Handika, hadir membawa harapan. Sejak pagi hingga larut malam, ia bergerak menyisir titik-titik terdampak, melakukan asesmen, dan menyalurkan bantuan donasi yang telah dikumpulkan dari para dermawan. Laporan pergerakan harian ini tidak hanya mencatat perjalanan fisik, tetapi juga menggambarkan perjuangan kemanusiaan di tengah keterbatasan.

Pergerakan Relawan: Sehari Menyusuri Luka Tanjung Raya
Pukul 07.00 WIB – Menyusuri Sungai Batang hingga Pengungsian di Atas Bukit
Pagi baru saja merekah ketika Yogi mulai menapaki wilayah Sungai Batang. Bekas lumpur setinggi lutut masih menempel di jalan. Rumah-rumah tampak hancur, sebagian tidak lagi memiliki dinding, sebagian terbawa arus galodo. Di atas bukit tampak tenda-tenda pengungsian berdiri seadanya.
Yogi berbincang dengan warga, mendengar apa yang paling mereka butuhkan: sembako, selimut, perlengkapan mandi, obat-obatan, serta penerangan. Banyak warga mengeluhkan anak-anak yang mulai sakit, dari demam hingga diare, akibat air bersih yang sulit.
Pukul 09.30 WIB – Mencari Ambulans untuk Mobilisasi Logistik
Karena kendaraan roda dua miliknya tidak sanggup membawa logistik dalam jumlah besar, Yogi menghubungi relawan lain untuk meminjam ambulans. Perjalanan menuju Lubuak Basuang dilakukan demi bisa membeli kebutuhan yang paling mendesak. Harga barang pokok mulai naik, bensin sulit ditemukan, dan sebagian pasar tutup.
Pukul 14.00 WIB – Menyiapkan Logistik Bantuan
Setelah memastikan logistik terkumpul, Yogi menyiapkan paket bantuan untuk 4 titik pengungsian dan dapur umum. Di beberapa titik, warga sudah membuka dapur umum mandiri, namun persediaan mereka mulai menipis. Bantuan sembako menjadi prioritas utama agar dapur umum tetap hidup.

Pukul 18.00 WIB – Motor Rusak, Harus Kembali ke Palembayan
Medan yang berat membuat motor relawan rusak. Yogi terpaksa kembali ke Palembayan dan menaikkan motor ke dalam ambulans untuk dibawa ke bengkel di jalur Kinali. Meski begitu, misinya belum berhenti.
Pukul 21.00 WIB – Tiba di Posko Relawan Rumah Zakat
Relawan akhirnya tiba di posko gabungan dan beristirahat untuk mempersiapkan pergerakan esok hari.
Kondisi Lapangan
Hasil asesmen Yogi memperlihatkan betapa seriusnya kondisi Sungai Batang dan Nagari sekitarnya:
- Akses kini bisa dilalui mobil, suatu kemajuan penting setelah sebelumnya hanya bisa ditembus menggunakan ponton.
- Belum ada intervensi program khusus dari pemerintah, NGO, atau komunitas lainnya.
- Masih ada 1 korban hilang, namun pencarian tidak dilanjutkan.
- Air bersih sangat sulit, pipa air rusak dan sebagian sumber air tertimbun longsor.
- Listrik padam total, warga bergantung pada genset.
- Tiga wilayah paling parah adalah Jorong Labuah, Jorong Nagari, dan Jorong Bancah.
- Warga sudah membuka dapur umum mandiri, namun stok terus menipis.
- Penyakit mulai muncul: diare, demam, pusing. Puskesmas melakukan pengecekan rutin.
- Ekonomi terhenti total: ikan di Danau Maninjau mati akibat racun tubo.
- Pasar tutup dan harga barang naik, BBM langka.
- Siswa sudah mulai sekolah, membersihkan ruang kelas dari lumpur.
Situasi ini memperlihatkan bahwa wilayah Sungai Batang masih berada dalam keadaan darurat, namun mulai memasuki fase RRR (Recovery, Rekonstruksi, Rehabilitasi) yang memerlukan intervensi program jangka menengah.
Kebutuhan Mendesak
Untuk Jorong Labuah, Jorong Nagari, Sungai Batang, Tanjung Raya, kebutuhan mendesaknya adalah:
- Sembako
- Perlengkapan tidur
- Perlengkapan mandi
- Penerangan
- Medical kit
- Kebutuhan perempuan
- Kebutuhan bayi
Rencana Gerak 5–6 Desember
- 5 Desember: Yogi akan kembali ke Bukittinggi untuk menyiapkan logistik posko tetap Ranita yang sudah disepakati.
- 6 Desember: Yogi menuju Malalak untuk mengarahkan donatur membantu wilayah Jorong Toboh, Malalak Timur yang juga terdampak berat.

Di Tengah Gelap, Masih Ada Cahaya
Apa yang dilakukan Yogi hari ini bukan sekadar tugas relawan; itu adalah bentuk pengabdian yang datang dari hati. Di tengah gelapnya Sungai Batang—tanpa listrik, tanpa air bersih, tanpa kepastian—kehadiran seorang relawan dapat menjadi lentera kecil yang memberi arah.
Bencana memang merenggut banyak hal: rumah, mata pencaharian, bahkan sebagian nyawa. Namun bantuan, perhatian, dan kepedulian adalah hal-hal yang menjaga semangat warga tetap menyala.
Yogi menutup laporannya dengan kalimat sederhana, namun penuh makna:
“Selama masih ada yang membutuhkan, kita tidak boleh berhenti bergerak.”
Sungai Batang, 4 Desember 2025
— Yogi “Tapang” Handika
SAR RANITA UIN JAKARTA

