12 Desember 2025, Salareh Aie, Palembayan, Kab. Agam —Duka panjang masih menyelimuti Kabupaten Agam setelah banjir dan longsor merusak rumah, jalan, dan memaksa ribuan warga mengungsi. Di tengah kepanikan dan kelelahan yang belum mereda, hadir dua sosok perempuan muda yang membawa sedikit cahaya bagi warga terdampak. Mereka adalah Desra “Kempal” Putri dan Nida “Wakso” Luthfyana Firdaus, relawan Ranita UIN Jakarta yang bergerak dari satu titik pengungsian ke titik lainnya, memastikan kebutuhan kesehatan warga tidak terabaikan.
Tim respon bencana KMPLHK RANITA UIN Jakarta pun masih menerima donasi untuk disalurkan langsung ke para penyintas bencana di Sumatera.
Donasi akan diberikan 100% untuk masyarakat terdampak.
Silahkan kirimkan donasi melalui rekening
BNI 0733103399 a.n KMPLHK RANITA UIN JAKARTA
Narahubung 085715882862 (Nurhidayat)


Pagi itu, Jumat 08.40 WIB, langkah keduanya menuju Sabrang Aia terasa berat namun mantap. Jembatan yang menghubungkan wilayah itu putus tersapu derasnya sungai, membuat akses utama tidak bisa dilalui kendaraan. Satu-satunya cara untuk mencapai lokasi pengungsian hanyalah berjalan kaki melewati jalur licin dan medan bebatuan di pinggir sungai. Meski penuh risiko, kedua relawan tetap melanjutkan langkah demi bertemu warga yang membutuhkan bantuan. Di sana, mereka menyapa satu per satu pengungsi, mendengarkan keluhan, mencatat kebutuhan, dan berusaha menguatkan hati warga yang tengah diuji. Banyak yang sakit, mulai dari demam, batuk, hingga luka yang belum tertangani. Di antara tangis anak-anak dan wajah letih para ibu, kedua relawan tetap berdiri memberi harapan.

Setelah assessment awal, 11.43 WIB mereka tiba di Puskesmas Koto Alam untuk menyerahkan donasi obat-obatan yang telah dikumpulkan dari para donatur. Obat flu, antiseptik, vitamin, salep luka, dan kebutuhan medis lain langsung diserahkan kepada tenaga kesehatan yang sejak awal bencana kewalahan melayani warga. Rasa syukur dan lega terpancar dari para petugas yang menyambut bantuan tersebut.

Namun langkah mereka belum berhenti. 14.50 WIB, keduanya kembali bergerak menuju titik pengungsian Kayu Pasak untuk assessment lanjutan. Medan licin, cuaca tak menentu, dan akses yang sulit tidak menghalangi niat mereka memastikan setiap pengungsi tercatat dan tertangani kebutuhannya — mulai dari tenda tambahan, selimut, hingga keperluan lansia dan anak-anak.
Aksi dua relawan Ranita UIN Jakarta ini menjadi bukti bahwa di tengah bencana besar, kebaikan sekecil apa pun tetap mampu menyalakan harapan. Relawan UIN Jakarta menegaskan komitmennya untuk terus mendampingi warga Agam hingga kondisi benar-benar pulih. Dukungan masyarakat luas masih sangat diperlukan agar pemulihan dapat berlangsung cepat, merata, dan penuh kehangatan kemanusiaan.


