Rabu, 10 Desember 2025, Status Tanggap Darurat Diperpanjang: Relawan RANITA Terus Bergerak di Tengah Luka Sumatra. Sumatera kembali memasuki masa yang penuh keprihatinan. Status tanggap darurat bencana banjir dan tanah longsor resmi diperpanjang mulai hari ini, 10 Desember hingga 23 Desember 2025. Data terbaru mencatat tragedi memilukan: 238 jiwa meninggal, 93 jiwa hilang, dan 113 jiwa terluka di 16 kabupaten/kota yang terdampak di Sumatra Barat (Pusdatin BNPB). Angka ini bukan sekadar statistik—di baliknya ada keluarga yang menunggu, rumah yang hilang, dan harapan yang belum kembali.
Tim respon bencana KMPLHK RANITA UIN Jakarta pun masih menerima donasi untuk disalurkan langsung ke para penyintas bencana di Sumatera.
Donasi akan diberikan 100% untuk masyarakat terdampak.
Silahkan kirimkan donasi melalui rekening
BNI 0733103399 a.n KMPLHK RANITA UIN JAKARTA
Narahubung 085715882862 (Nurhidayat)

Di tengah suasana duka itu, para relawan terus bergerak tanpa henti. Salah satunya adalah Yogi “Tapang” Handika, anggota KMPLHK RANITA UIN Jakarta yang kini bertugas di Kabupaten Agam. Sejak hari pertama tiba, ia telah melakukan berbagai emergency response di titik-titik terdampak, terutama Salareh Aie, Kecamatan Palembayan, wilayah yang mengalami kerusakan terparah.

Yogi melaporkan bahwa ia dan tim gabungan masih melakukan operasi Search and Rescue (SAR) untuk mencari warga yang masih belum ditemukan.
“Pagi ini saya bersama relawan lain melakukan pencarian korban hilang menggunakan alat berat. Meski cuaca kurang bersahabat, kami tetap melanjutkan pencarian,” ujar Yogi dalam laporannya.
Di Kabupaten Agam sendiri, data terbaru mencatat 181 meninggal dunia, 57 hilang, 1.500 rumah rusak, serta kerusakan fasilitas umum dan jembatan yang menyulitkan akses pencarian. Longsoran tebal dan puing bangunan menjadi penghalang terbesar.
“Banyak korban masih tertimbun puing bangunan roboh. Alhamdulillah, pada pekan kedua ini alat berat sudah masuk sehingga pencarian lebih terbantu,” tambah Yogi.
Hingga kini, relawan KMPLHK RANITA UIN Jakarta masih siaga melakukan emergency response di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Di tengah medan yang berat dan duka yang mendalam, dukungan masyarakat sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan mendesak para relawan dan penyintas di lapangan.


