Jejak Langkah Advokasi Lingkungan RANITA UIN Jakarta (1987–2025)

Sejak berdiri pada tahun 1987, RANITA UIN Jakarta menempatkan dirinya sebagai Kelompok Mahasiswa Pecinta Lingkungan Hidup dan Kemanusiaan. Di tengah perubahan iklim yang semakin ekstrem, kerusakan alam yang terus meningkat, serta bencana ekologis yang berulang, RANITA hadir bukan hanya sebagai saksi, tetapi sebagai pelaku perubahan. Dengan semangat ilmiah, solidaritas, dan keberpihakan pada rakyat, setiap generasi RANITA melangkah dari hutan ke gunung, dari sungai ke pesisir, dari ruang bencana hingga meja advokasi. Perjalanan panjang ini menjadi bukti bahwa gerakan mahasiswa mampu  memperjuangkan masa depan yang lebih adil.

Jejak Ranita, Dari Kampus ke Nusantara

1. Periode 1987–1995 — Fondasi Gerakan Lingkungan Kampus

Pada masa awal berdiri  RANITA masih berpusat pada isu kampus dan edukasi lingkungan.
Bentuk advokasi:

  • Kampanye “Cinta Lingkungan Kampus” melawan sampah dan pencemaran di area kampus.
  • Penanaman pohon di sekitar kampus Ciputat sebagai bentuk gerakan penghijauan.
  • Penyuluhan lingkungan kepada mahasiswa baru: sampah, air bersih, dan konservasi.
  • Membangun identitas organisasi pecinta alam berbasis penelitian, pendidikan, dan aksi konservasi.
2. Periode 1996–2005 — Advokasi Lingkungan Perkotaan & Ekspedisi Konservasi

Pada periode ini, RANITA mulai dikenal secara nasional berkat aktivitas di luar kampus.

Advokasi utama:

  • Kampanye bahaya sampah plastik dan limbah domestik di kawasan Ciputat–Tangerang.
  • Survei kualitas air dan gerakan pelestarian Situ Gintung.
  • Ekspedisi lingkungan: flora–fauna, gunung, dan hutan untuk penelitian konservasi.
  • Advokasi kebakaran hutan Sumatra (awal 2000-an) melalui rilis sikap dan edukasi publik.
3. Periode 2006–2015 — Krisis Ekologi & Perluasan Advokasi Nasional

RANITA semakin aktif mengawal isu lingkungan yang berdampak pada masyarakat luas.

Bentuk advokasi:

  • Peringatan bahaya kawasan rawan longsor di Jawa Barat dan Banten melalui edukasi mitigasi.
  • Advokasi banjir Jabodetabek: data lapangan, edukasi warga, dan kampanye konservasi DAS.
  • Kampanye nasional anti deforestasi dan kerusakan hutan di Sumatra & Kalimantan.
  • Pendidikan lingkungan di sekolah dan pesantren melalui program “Sekolah Siaga Bencana & Siaga Lingkungan”.
4. Periode 2016–2020 — Fokus Pada Perubahan Iklim & Edukasi Kebencanaan

Perubahan iklim menjadi isu global, dan RANITA masuk lebih kuat pada advokasi ilmiah dan aksi sosial.

Advokasi lingkungan:

  • Penyuluhan perubahan iklim pada masyarakat pesisir dan sekolah.
  • Advokasi banjir bandang: Bogor, Banten, Sukabumi, serta DKI Jakarta.
  • Kampanye “Hutan Penyangga Hidup” untuk mencegah bencana ekologis.
  • Penelitian kecil tentang kerusakan ekosistem pascabencana.
  • Advokasi media melalui publikasi poster, rilis sikap, dan konten edukatif tentang krisis iklim.
5. Periode 2021–2025 — Advokasi Berbasis Data & Respon Cepat Ekologis

Tahun-tahun ini RANITA semakin dikenal karena respons kemanusiaan dan suara kritis terhadap kerusakan alam.

Advokasi utama:

  • Advokasi penanganan banjir besar Jabodetabek (2021–2024) dengan analisis tata ruang dan DAS.
  • Edukasi masyarakat tentang fenomena La Niña–El Niño dan pengaruh terhadap cuaca ekstrem.
  • Kampanye “Selamatkan Gunung dan Sumber Air” setelah meningkatnya kasus longsor di Jawa Barat dan Sumatra.
  • Program Eco-Volunteer untuk mahasiswa – mengajarkan analisis bencana dan konservasi.
  • Partisipasi dalam kampanye lingkungan bersama NGO & lembaga bencana nasional.
  • Advokasi kerusakan lingkungan di daerah rawan bencana pasca operasi SAR (banjir, longsor, gempa).
Ringkasan Advokasi Utama (1987–2025)
  • Lingkungan kampus & pendidikan konservasi
  • Kampoanye Penyelamatan daerah aliran sungai (DAS)
  • Penyuluhan sampah & limbah
  • Konservasi hutan & pegunungan
  • Penelitian lingkungan dan ekspedisi
  • Advokasi banjir, longsor, kebakaran hutan
  • Advokasi perubahan iklim
  • Edukasi mitigasi bencana berbasis ekologi
  • Program lingkungan untuk sekolah & masyarakat
  • Pembuatan rilis sikap dan kampanye publik digital

Hampir empat dekade perjalanan advokasi lingkungan RANITA UIN Jakarta merupakan bukti nyata bahwa gerakan mahasiswa dapat menjadi kekuatan yang terus hidup, tumbuh, dan memberikan dampak bagi bumi serta manusia. Dari kampus kecil di Ciputat hingga hutan-hutan di Sumatra, dari bantaran sungai Jakarta hingga gunung-gunung di pelosok nusantara, RANITA menempatkan diri bukan sekadar sebagai kelompok penghobby naik gunung saja, tetapi sebagai penjaga nilai—nilai keberlanjutan, keadilan ekologis, dan keberpihakan pada ruang hidup masyarakat.

Setiap aksi yang dilakukan, setiap data yang dihimpun, setiap advokasi yang diperjuangkan, dan setiap bencana yang dihadapi adalah bagian dari warisan panjang sebuah komitmen: menjaga alam, melindungi kehidupan, dan memperjuangkan masa depan yang lebih baik.

Semoga rekam jejak ini menjadi pijakan bagi generasi berikutnya untuk melanjutkan perjuangan dengan lebih ilmiah, lebih kolaboratif, dan lebih berani. Karena selama hutan terus ditebangi, sungai terus tercemar, dan ruang hidup rakyat terancam, advokasi lingkungan tidak boleh berhenti.

RANITA akan terus berjalan.
Untuk alam. Untuk manusia. Untuk kehidupan.